Jumat, 17 April 2020

Gonjang ganjing virus corona atau yang populer dengan istilah copid 19 terkait dengan upaya apa yang dapat dilakukan untuk  menghambat penularannya yang luar biasa cepat, berbagai istilah muncul seperti LD, PD, SD hingga karantina wilayah atau yang belakangan dibeberapa provinsi di  negeri ini diberlakukan PSBB, tak hanya itu saja pemerintah juga memberikan himbauan untuk tidak melaksanakan sholat jumat dan diganti dengan sholat zuhur di rumah, sholat tarawih ketika romadlan nanti tidak dilakukan di masjid tetapi dilakukan di rumah berserta keluarga saja. Sebelumnya juga dhimbau untuk tidak mengadakan keramaian seperti pesta pernikahan, resepsi, seminar dan yang sejenisnya semuanya dimaksudkan adalah untuk menccgah merebaknya copid 19.
Terkait dengan semua ini pro kontrapun tak dapat dihindari apa lagi dari banyak kalangan saling tuding dan saling salahkan serta tidak terkecuali protes terhadap kebijakan yang diambil oleh pemerintah yang dirasakan tidak pas seperti himbauan untuk tidak melaksanakan sholat jumat, tidak sholat tarawih di masjid tidak keluar rumah dan semua itu dirasakan cukup berat yang menyentuh nurani, agaknya terkait persoalan ini harus ada data yang kongkrit yang menunjukkan berapa banyak yang terpapar copid 19 dari jamaah masjid baik itu sholat jumat atau sholat rawatib lainnya, sehingga dengan demikian ada informasi dan perbandingan yang diperoleh masyarakat jadi tidak berdasarkan asumsi belaka, kalau ada perkumpulan orang bnayak sudah pasti menularkan copid 19, bukankah orang masuk masjid itu sudah dipastikan bersih dan suci? beda halnya dengan orang di mall atau di cafe, bioskop dan supermaket yng belum tentu terjaga kebersihan apa lagi kesucian tubuhnya jika mawu dibandingkan?
Di sisi lain yang membuat miris kita adalah bahwa dunia ini tahu kalau sumber copid 19 ini adalah dari Wuhan ( China secara keseluruhan ) yang sudaah pasti orang orang china sebagai carrier pertamanya wabah ini, tapi kenapa mereka kok dibiarkan terus dan malah diundang terus untuk datang ke negeri ini sangat terbalik dengan kebijakan yang melarang kita mudik (padahal belum tentu terpapar copid 19) sementara orang orang dari china sana memang wajib (menurut saya) untuk dicurigai tapi kok dengan mudah melenggang masuk negeri ini tanpa prosedural karantina seperti WNI yang dijemput dai china kemarin harus 14 hari dikarantina di Natuna kenapa ya? mereka  sebebas itu dinegeri yang berdaulat ini?
Banyak negara di dunia ini yang menutup akses dengan china (paling tidak untuk sementara) tapi negeri ini sangat bernafsu untuk mendatangkan china entah untuk apa kalau untuk tenaga kerja murahan dan terampil dan ahli sekalipun di negeri ini cukup banyak tersedia kenapa harus dari china di datangkan ha?
Kepada pemerintah dan pihak  pembuat kebijakan terkait pencegahan penyebaran copid 19 dinegeri ini kiranya betul betul bersatu seperti semboyan "Bersatu Melawan Corona" perintah hanya satu yaitu dari Presiden bukan yang lainnya, bukan menteri bukan yang hanya pande ngomong  sekali perintah dan Statement itu dari Presiden bukann yang lainnya, sehingga dengan demikian wibawa pemerintah tetap terjaga.

Senin, 16 Oktober 2017

Calon Ilmuan Berbohong?

Ilmu Pengetahuan adalah merupakan sumber kebenaran, artinya dengan ilmu pengetahuanlah kita dapat mengetahui sesuatu yang selama ini belum diketahui, kebenaran yang berkaitan dengan IPTEK agaknya Illmuan dan calon ilmuanlah pakarnya, sementasra untuk urusan agama dan spritual para ULAMA dan KIYAI, HABAIB lah ahlinya. Calon Ulama, Calon Kiayai, dan HABAIB, merupakan orang orang yang telah dipersiapkan,ditempa, di didik, dibekali dengan sejumlah ilmu pengetahuan yang sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang diembannya kelak demikian juga dengan  Calon Ilmuan sebagaicalon pemimpin masa depan di bidang IPTEK, banyak harapan digantungkan kepada orang orang yang terbaik tersebut apakah itu Ulama, Kiyai, Habaib dan Ilmuan, dua kategori manusia yang dilebihkan Alloh ini merupakan sosok yang diharapkan oleh ummat disatu sisi untuk menjada keimanan dan sisi sipritual umat dan distu sisi untuk memajukan peradaban ummat, mengejar kesetaraan peradaban umat manusia di persada dunia ini yang tentunya yang diinginkan adalah kemajuan peradaban yang seimbang antara duniawi dan ukhrowi.

Harapan ini tentunya dapat terpenuhi manakala sosok yang diharapkan itu adalah manusia yang berkarakter dan berintegritas tinggi terhadap bidangnya dan tidak hypokrit, pembohong dan penipu baik itu Ulama, Kiyai Ataupun Habaib. Ilmuwan adalah suatu profesi yang memerlukan integritas dan kode etik yang tinggi. Bidang keilmuan tidak akan berkembang bilamana pelakunya tidak memiliki integritas untuk menjaga kejujuran dan objektifitas bidang keilmuan.  Oleh karenanya perlu adanya seleksi yang ketat dari pihak pemerintah terhadap para calon ilmuan  yang sedang blajar menuntut ilmu maupun para ilmuan yang sedang menekuni bidang pekerjaannya.Hal ini perlu untuk mengantisipasi dari perbuatan seperti yang dilakukan oleh calon ilmuan yang baru baru ini kita dengar seorang calon  ilmuan kandidat doktor   tetapi tega mengkhianati kode etik keilmuan secara umum dengan melakukan kebohongan yang nyata sehingga mencoreng nama baik ilmuan yang masih komit terhadap integritas dan kode etik keimuan. Sanksdi yang diberikan oleh pemerintah dengan pencabutan penghargaan yang telah diberikan untuknya memang salah satu langkah tepat, akan tetapi tiundak lamnjutnya orang seperti ini perlu dipantau sepak terjangnya ke depan sebab bukan tidak mungkin ke depan dia akan embuat kebohongan yang lebih fatal lagi.
Pelajaran berharga mestinya bisa diambil dari peristiwa ini, paling tidak untuk mengirim para pelajar ke luar negeri, perlu diuji integritasnya dan komitmennya terhadap negeri ini, dengan demikian diharapkan tidak terulang lagi peristiwa yang memalukan dan memilikukan ini.dan perlu dicatat pelajar kita banyak juga yang belajar di negeri tirai bambu china  sehingga bukan tidak mungkin juga mereka memasukkkan idiologi tirai bambu ke negeri Pancasila ini. Karena itu hanya ada satu kata waspadalah meminjam istilah bang Napi, jadi waspadalah, sebab dengan memberi sanksi bukan berarti masalah selesai apalagi hanya sanksi administrasi atau kurungan badan sekalipun.Jadi sekali lagi waspadalah serta Selektiflah terhadap orang orang yang belajar di Luar Negeri , karena selain mungkin membhongi kita dan membawa faham dan idiologi yang bertentangan dengan ,Pancasila dan kepridaian bangsa ini dari negara dima  dia belajar dan menuntut ilmu pengetahuan.   Mudah mudahan ini kejadian yang terakhir untuk negeri Pancasila ini.