Kamis, 16 Juni 2016

Paruh yang ke dua bulan ramadhan

Saudaraku ? tanpa terasa hari ini kita telah memasuki hari yang ke sebelas dari bulan romadhon yang berarti periode rahmah sepuluh yang pertama telah kita lewati, harapan kita puasa yang telah kita lakukan tersebut diterima Alloh sebagai amal ibadah yang kelak mendapatkan ganjaran pahala yang berlipat ganda. Saudaraku ?kesempatan kita untuk memperoleh gelar "tattaquun" dari Alloh tiggal dua puluh hari lagi, sungguh? kesempatan di kompetisi terbuka ini tak ada batas, tak ada diskriminasi semua orang mukmin berkesempatan mendapatkan gelar tattaquun melalui kesempatan romadhon ini. Karenanya mari kita tingkatan amal ibadah dan amal sholeh kita dan jangan kita sia siakan kesempatan ini.
Saudaraku ?
Suatu hal yang perlu diingat untuk mendapatkan gelar tersebut bukanlah semudah menyebutkannya, sebab rasul mengatakan "berapa banyak orang yang berpuasa tidak memperoleh apapun dari puasanya kecuali lapar dan haus saja". Dan perlu diingat dalam puasa bukan hanya menahan tidak makan da tidak minum sejak terbit fajar hingga terbenam mata hari akan tetapi juga menahan hal hal yang bisa membatalkan fahala puasa. Menjaga dari tidak makan dan tidak minum mungkin tidak terlalu sulit namun menjaga hal hal yang membatalkan pahala puasa adalah hal sangat sulit. Puasa yang bisa menghantarkan pelakunya untuk menjadi taqwa adalah puasa sebagaimana yang dikatakan oleh Rasul " siapa yang puasa dan mengetahui aturan aturannya, diampuni dosanya seperti pertama kali dilahirkan ibunya".
aturan yang dimaksudkan adalah berkaitan dengan apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan oleh orang yang berpuasa. Bila ini tidak dipahami maka puasa yang dilakukan hanyalah formalitas. Ada tiga type orang yang berpuasa sebagaimana diungkapkan oleh Imam Al Ghazali yaitu ; puasa awwam, puasa khowwas dan puasa khwatul khowwas. Puasa awwam adalah puasa yang dilakukan oleh pelakunya hanya tidak makan dan tidak minum saja sementara kelakuannya tidak berobah segala kebiasaan buruknya tetap dilakukan, ucapan, tingkah laku, penglihatan dan perbuatan tidak berobah dan tetap seperti biasa puasa awwam bisa terwujud seperti peri laku  ular tidur sepenjang hari, emosional marah marah seperti harimau, suka merepet seperti brung murai, suka berendam seperti buaya hahaha ini sekedar perbandingan.
Pada tingkatan puasa khowwas sedikit ada perubahan puasa dilakukan tidak sekedar menahan lapar dan haus saja sudah mulai ada kemajuan dalam beribadah, akan tetapi belum kaffah. puasa pada tingkatan khowwasul khowas adalah merupakan tingkatan tertinggi dan sempurna dalam pelaksanaan ibadah puasa sehingga inilah puasa seorang hamba yang diharapkan oleh rasulullah Saw. Dan inilah tingkatan puasa yang diidamkan dan yang kita usahakan dan semoga kita bisa...............................................!
samapi edisi berikutnya.

  

Selasa, 07 Juni 2016

MARHABAN YA ROMADHON

Alhamdulillah wa syukurillah
Ya Alloh ya Robb terimakasih Engkau telah sampaikan usiaku di bulan romadhon 1437 H kali ini bersama jutaan umat muslim di seluruh dunia menjalankan ibadah puasa suatu ibadah wajib bagi setiap mukmin dan merupakan rukun Islam yang ke tiga.Terima kasih ya Alloh Engkau masih beri aku kesempatan untuk meraih gelar taqwa MU lewat ibadah di bulan suci MU ini karena itu aku mohon kepada MU karuniakan aku kesehatan, kekuatan untuk melakukan ibadah yang Engkau perintahkan dan  menjauhi segala yang Engkau tegahkan, karuniakan kepadaku rezeki dan cukupkan segala yang aku butuhkan. Jauhkan dariku sipat malas sombong dan kikir dan anugerahkan kepadaku sebahagian sifatmu yang pemurah dan agar aku bisa berbagi dengan saudara saudaraku sesama muslim yang saling membutuhkan.
Ya Allohya Rohman 
Jadikanlah hidupku ibarat garam yang bisa memberi rasa bagi semua masakan bisa diterima oleh semua orang semua pihak dan kalangan, jauhkan sifat yang dibenci orang dalam diriku dan terutama jauhkan aku dari sifat diriku yang dibenci Alloh. Amiiiin. 

Senin, 06 Juni 2016

Menjadi Da'i di rumah sendiri

Saudaraku ? perkembangan zaman dan teknologi dan ilmu pengetahuan  yang demikian pesat, menyebabkan banyak hal berubah dalam tatanan kehidupan manusia. Perubahan sikap mental dan pola pikir yang mau tidak mau tampaknya kini harus mengikuti perkembangan teknologi itu sendiri. Zaman yang serba digital kini menyebabkan terjadi perubahan pola komunikasi sehingga cenderung membuat orang jadi individualis dan egois. Keakraban hanya lewat udara, sosialisasi secara langsung sudah semakin sulit, keakraban antara keluarga macamnya kini hanya basa basi, alasan waktu sempit membuat tidak ada lagi kesempatan mengunjungi sanak famili, kehidupan kini pokoknya jauh berbeda dengan kahidupan yang telah diamalkan oleh para pendahulu kita dulu. Di sisi lain perubahan yang tidak kalah mengerikannya adalah perubahan dari segi akhlak dan moralitas dimana generasi saat ini banyak yang telah jauh dari akhlak dan moralitas, adat istiadat dan pergaulan sudah mengarah pada pergaulan bebas jauh dari nilai nilai adat budaya dan akhlak agama. Sungguh sangat memiriskan hati apa yang bisa kita dengar, kita baca dan kita  lihat atau saksikan berita di media, hampir setiap saat ada saja berita yang memiriskan hati seperti kejahatan, perkosaan, pembunuhan, penipuan perampokan, korupsi, narkoba dan sebagainya. Betapa tidak berita yang memiriskan hati ini terjadi oleh pelaku yang tidak semuanya dilakukan oleh orang yang berlatar belakang jahat tetapi kini banyak dilakukan oleh yang berasal dari kalangan terhormat dan berpendidikan dari kalangan ekonomi yang berkecukupan. Suatu pertanyaan buat kita apa gerangan membuat semua ini terjadi?
Saudaraku !?
Suatu hal perlu kita ingat sebagai orang tua bahwa kita memiliki tanggung jawab yang cukup besar terhadap anak dan keluarga kita, kita tidak cukup hanya mencarikan uang yang banyak mencukupi segala macam kebutuhan anak anak kita, sehingga secara materi boleh dibilang berkecupan danberlimpah, namun yang lebih penting dari itu adalah bagaimana kita menjadikan anak kita sebagai orang yang berguna bagi agama bangsa dan negara. Mendidik anak untuk berakhlak mulia dan beragama inilah sesungguhnya yang perlu disadari sebagai orang tua bila menginginkan anak anaknya tumbuh menjadi generasi yang bisa diharapkan bukan generasi pecundang yang hanya bisa menggerogoti dan menghancurkan orang tua.
Jadi sekali lagi sebagai orang tua mari kita sadari bahwa tanggung jawab yang sesungguhnya adalah mendidik anak anak kita agar berakhlak mulia dan beragama dan ini tentunya harus dimulai dari diri kita sendiri. Semoga...............! Kita bisa menjadi da'i di runah kita sendiri.