Kamis, 07 Januari 2016

BELAJAR DARI GAGALNYA MUSDA V MUI KOTA TANJUNGBALAI

Beberapa waktu yang lalu MUI kota Tanjungbalai menyelenggarakan Musyawarah Daerah yang ke 5 untuk memilih pengurus untuk masa khidmad 2015 s/d 2020.Musyawarah yang ditargetkan berjalan mulus dan hanya perlu watu 2 hari, ternyata meleset musyawarah berjalan alot di mulai dari penetapan perwkilan kecamatan kecamatan aroma musyarawah akan tidak mulus, karena masing masing kecamatan juga berkeinginan jadi utusan (sebagai formateur) walau pada akhirnya disepakati hanya 2 kecamatan yang ikut dalam formateur yang berjumlah 9 orang bersama ormas, ponpes, pengurus demisioner.  Bayangan untuk tidak berhasil memilih pengurus baru bagiku tidak terbayang sama sekali apa lagi yang bermusyawaroh adalah ulama yang sudah pasti memiliki kelebihan kelebihan dalam penguasaan agama, dalam hal akhlaq dan sopan santun, tambahan lagi dalam mbenakku musyawarah MUI tidak sama dengan musyawarah OKP dan atau ORSOLPOL yang memungkin untuk alot kerena menyangkut banyak kepentingan di dalamnya, dugaanku meleset jauh hampir tak percaya apakah yang kusaksikan musyawaroh MUI atau OKP dan ORSOLPOL seperti yang banyak diberitakan media tapi, ini sungguh nyata, walau aku tidak menyatakan  ada kepentingan yang melatar belakangi dead lock Musda MUI V ini tetapi yang pasti ada yang sangat berkeinginan di sini kalo tidak dari yang dicalonkan ya pasti dari keinginan orang yang mencalonkan seseorang untuk jadi pemimpin. Belajar dari musda yang ggl ini banyak pengalaman berharga yang ku dapatkan salah satunya adalah bahwa jangan anggap sesuatu itu gampang/mudah, tak bakalan....dan jangan anggap oraganisasi MUI itu tidak mungkin diminati,tidak mungkin diperebutkan, tidak mungkin rusuh kalau musyawaraoh, tidak mungkin dead lock, karena walau jarang terjadi di negeri ini tapi di kotaku ini hal benar benar terjadi.Apa sesungguhnya yang menyebabkan ini terjadi ???? adakah kepentingan dan keinginan yang menggebu untuk sekedar memimpin atau ada keinginan memperbaiki organisasi ini ke depan agar lebih baik lebih bermartabat dan bukan sekedar gagah gagahan atawa tururn gunung karena merasa telah memiliki ilmu yang luas atau peraan kurang enak mengabdi kalau bukan pimpinan? wahnaudzu billah kalau syuudzonku ini benar adanya, apa jadinya MUI kota ini ke depan ku, khawatir peran MUI sebagai garam umat akan tak berasa lagi. Karena sudah ditunjukkan dalam musda MUI V gagal menyatukan ummat, karena ego dan egois   
dikeepankan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar